SOSIOLOGI

![]() |
![]() |
DRS.
A.S HARIS SUMADIRIA, M.Si,
I.
PENGERTIAN
dan RUANG LINGKUP KOMUNIKASI MASSA
A.
Komunikasi
Pengertian
Komunikasi
Secara etimolgis, komunikasi berasal
dari bahasa Inggris yaitu communication,
communication berasal dari kata dalam
bahasa latin yatitu communication.
Kata communication itu sendiri,
bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna.
Definsi
Komunikasi
Menuru Dale Yopder dk, dalam Handbook of Personal Management and Labor
Realtions, komunikasi adalah suatu pertukaran informasi, ide – ide, sikap,
pikiran, dan atau pendapat (communication
is the interchange of information, ideas, attitudes, thought, and or opinions
(1958:131).
Atau dapat disimpulkan bahwa Komunikasi
adalah suatu proses, berisi tentang penyampaian atau pertukaran ide, gagasan,
atau informasi, dari seseorang kepada orang lain, dan menggunakan symbol yang
dipahami maknanya oleh komunikator dan komunikan.
Proses
Komunikasi
Dalam psikologis, komunikasi
dipahami sebagai proses penyampaian serta pertukaran pikiran dan perasaan dari
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang dipahami maknanya.
Proses penyampaian serta pertukaran pesan dalam bentuk pikiran dan perasaan itu
tidak akan berjalan efektif, tidak akan mencapai hasil yang diharapkan, apabila
kondisi psikologis komunikasn sedang kacau.
Menurut perspektfif mekanistis,
komunikasi dibagi 4 kategori:
1. Proses
komunikasi primer
Ialah proses penyampaian pikiran dan perasaan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang / symbol sebagai
media atau saluran.
2.
Proses komunikasi sekunder
Adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama.
3.
Proses komunikasi linear
Merupakan proses komunikasi yang mencerminkan adanya
pola produktif. Pesan mengalir deras dari atas ke bawah, dan pihak bawah hanya
bersikap pasif.
4.
Proses komunikasi sirkular
Pada proses ini, komunikator dan komunikan, pada
saat bersamaan beeganti-ganti peran. Ada saatnya sebagi komunikator, ada
saatnya pula sebagai komunikan. Ia mengirimkan pesan, tetapi pada saat yang
bersamaan ia juga menerima pesan balik. Pesan balik yang diterima disebut umpan
balik (feedback). Umpan balik bisa
berupa feedback positif, negatif,
netral, dan nihil. Sifat umpan balik adayang langsung / seketika (direct
feedback), dan tertunda (delayed feedback).
B.
Komunikasi
Massa
Pengertin
Komunikasi Massa
Media massa menunjuk kepada bentuk
saluran penyampaian pesan (media chanel).
Sedangkan komunikasi massa menunjuk pada proses kegiatannya (media activity). Komunikasi massa,
dilihat dari segi bentuk dan pengolahannya, terbagi atas media massa cetak (printed mass media), elektonik auditif (electronic mass media), dan audiovisual
(television an media on line internet).
Definisi
Komunikasi Massa
Komunikasi Massa duartikan sebagai
jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang
sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 1998:189).
Karakterisitik
Media Massa
1. Komunikator
melembaga
Komunikasi
massa bersifat institusional. Ini berarti komunikator disini bersifat
melembaga, yang merupakan kumpulan individu dari berbagai keahlian dalam ranah
sejenis yang tergabung dalam sebuah lembaga yang terorganisasi dengan rapi,
baik, dan professional.
2. Komunikasi
satu arah
Pesan komunikasi massa bersifat satu arah. Tidak
terjadi umpan balik langsung. Tidak terdapat proses dialogis.
3.
Pesan umum duterima serempak
4.
Khalayak tersebar, anonym, heterogen
5. Selintas
II.
PENGERTIAN
dan RUANG LINGKUP SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA
Secara
etimologis, sosiologi berasal dari kata socius
yang berarti masyarakat, dan
logos
yang berarti ilmu. Jadi sosioogi diartikan sebagi limu yang secara khusus
mempelajari kehidupan masyarakat.
Secara komperhensif sosiologi
komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang
berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi)
itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat
dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan – perubahan sosial
dalam masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta efek sosial
macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan – perubahan
yang didorong oleh media massa itu (Bungin, 2006:31).
III.
ANALISIS
FUNGSIONAL dan DISFUNGSIONAL SERTA MODEL – MODEL KOMUNIKASI MASSA
Menurut
sosiolog Robert K. Merton dan Paul Lazarsfeld, fungsi komunikasi massa mencakup
enam hal: pengawasan (surveillance),
korelasi (correlation), transmisi
budaya (cultural transmission),
penganugerahan status (status conferal),
dan pengakhlakan (ethicizing). Sebagi
teori fungsi, Robert K. Merton telah membedakan antara fungsi – fungsi
konsekuensi suatu aktivitas sosial dan tujuan atau maksud di belakang aktivitas
tersebut. Jadi konsekuensi – kosekuensi tidak perlu sama. Istilah konsekuensi
dari Merton ditujukan untuk fungsi nyata yang diinginkan, dan fungsi
tersembunyi yang tidak diinginkan.
Ia juga menyatakan bahwa tidak semua
konsekuensi dari suatu aktivitas mempunyai nilai positif untuk suatu system
sosial ketika konsekuensi terjadi atau bagi kelompok – kelompok atau individu –
individu yang terlibat di dalamnya. Konsekuensi – konsekuensi yang tidak
diinginkan ditinjau dari kesejahteraan masyarakat atau anggotanya
disfungsional. Setiap tindakan bisa memiliki efek – efek fungsional dan
disfungsional.
Menurut Melvin Defleur dalam
karyanya yang monumental, terdapat empat
teori untuk menjelaskan interaksi media komunikasi massa dengan masyarakat dan
budaya, yaitu teori perbedaan individu, teori penggolongan sosial, teori norma
– norma budaya.
Wilbur Schramm. Salah seorang pakar
komunikasi terkemuka Amerika menyatakan, peranan utama yang dapat dilakukan
media massa dalam pembangunann adalah membantu memperkenalkan perubahan sosial.
Menurut Schramm. Terdapat Sembilan peran yang dikerjakan media massa dalam
membantu perubahan sosial, yakni; media massa dapat memperluas cakrawala
pemikiran, media massa dapat memusatkan perhatian, media massa mampu
menumbuhkan aspirasi, media massa mampu meciptakan suasana membangun, media
massa mampu mengembangkan dialog tentang hal – hal yang berhubungan dengan
masalah – masalah politik, media massa mampu mengenalkan norma – norma sosial,
media massa mampu menumbuhkan selera, media massa mampu mengubah sikap yang
lemah menjadi sikap yang lebih kuat, dan media massa dapat berperan sebagai
pendidik.
IV.
TEORI
SISTEM PERS dan KEBUTUHAN MASYARAKAT
A.
Teori
Pers Otoritarian
Menurut Fred S. Siebert, Theodore
Peterson dan Wilbur Schramm dalam buku karyanya Four Theories of The Press (1963), teori pers otoritarian muncul
pada zaman pencerahan (renaisans)
abad 17, setelah ditemukannya mesin cetak. Para penguasa waktu itu menggunakan
pers untuk memberi informasi kepada rakyat tentang apa yang oleh penguasa itu
dianggap perlu diketahui rakyat dan tentang kebijakan – kebijakan penguasa yang
harus didukung (Siebert, Peterson, Schramm, 1982:2).
B.
Teori
Pers Libertarian
Teori libertarian semula berkembang di
Inggris dan digunakan setelah tahun 1968. Tujuan utama pers libertarian ialah
member informasi, menghibur, dan transaksi bisnis, untuk membantu menemukan
kebenaran serta mengawasi pemerintah yang sedang berkuasa. Siapa saja yang
memiliki kemampuan ekonomi atau modal yang cukup, dibolehkan mendirikan
penerbitan pers. Apa saja yang dilarang dalam pers libertarian? Penghinaan,
kecabulan, kerendahan moral, dan pengkhianatan pada masa perang, merupakan
sesuatu yang sangat terlarang. Karena itu pers dituntut untuk professional
dalam segala hal.
C.
Teori
Pers Komunikasi Soviet
Teori media massa komunis soviet
berkembang pada awal abad 20. Dalam teori komunis ini, media massa merupakan
alat pemerintah (partai) dan bagian integral dari Negara. Ini berarti bahwa
media massa harus tunduk pada perintah dan control dari pemerintah atau partai.
D.
Teori
Pers Tanggung Jawab Sosial
Menurut Theodore Peterson, pada dasarnya
fungsi pers di bawah teori tanggung jawab sosial sama dengan fungsi pers dalam
teori libertarian. Keenam fungsi itu meliputi:
1. Melayani
system politik dengan menyediakan informasi, diskusi, dan perbedaan tentang
masalah – masalah yang dihadapi masyarakat.
2.
Memberi penerangan kepada masyarakat
sehingga masyarakat dapat mengatur dirinya sendiri
3.
Menjadi penjaga hak – hak individu
dengan bertindak sebagai anjing penjaga yang mengawasi pemerintah
4.
Melayani system ekonomi dengan
mempertemukan pembeli dengan penjual barang atau jasa melalui medium periklanan
5.
Menyediakan hiburan
6. Mengusahakan
sendiri biaya financial sehingga bebas dari tekanan individu – individu yang
memiliki kepentingan tertentu.
E.
Teori
Media Pembangunan
Pada teori ini, media ditekankan untuk
lebih memikul tanggung jawab sosial lebih besar terhadap masyarakat dan Negara.
Berita, laporan, ulasan,tulisan, dapat dengan leluasa disajikan, tetapi harus
dalam kerangka memberikan pencerahan dan percepatan ekonomi, atau sesuatu yang
masuk dalam kategori “dibutuhkan oleh pembangunan”.
F.
Teori
Media Demokratik – Partisipan
Teori ini menolak keharusan adanya media
yang seragam, desentralisasi, mahal, sangat, diprofesionalkan, dan dikendalikan
oleh pemerintah. Teori ini lebih condong pada keseragaman, skala kecil,
lokalitas, deinstitusionalisasi, pertukaran peran antara pengirim dan penerima,
hubungan komunikasi horizontal pada semua tingkat masyarakat, serta interaksi.
Dalam teori terdapat beberapa campuran unsur teoretis seperti liberatarian,
utopian, egalitarian, sosialisme dan lokalisme.
KOMUNIKASI MASSA dan
PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT
A.
Teori
Belajar Sosial
Teori ini dikembangkan oleh Albert
Bandura. Teori ini berasumsi, media massa merupakan agen sosialisasi yang utama
selain keluarga, guru, sahabat karib, dan sekolah. Artinya, dengan fungsi dan
kemampuannnya menyeleksi berita dan informasi, ulasan dan tulisan, serta
menyajikan serta memublikasikannya secara cepat, luas, dan serempak kepada
masyarakat yang heterogen serta anonym, media massa dapat berperan sebagai guru
yang baik dan professional.
Secara kategoris, teori belajar sosial
terbagi ke dalam empat tahap atau langkah, yaitu proses atensi . perhatian,
proses retensi, tapa reproduksi motor, dan proses motivasional.
B.
Teori
Model Difusi Inovasi
Teori dufusi inovasi, secara tersirat
mengakui, media bukanlah institusi, sosial yang sangat perkasa sehingga bisa
mengubah segalanya atau semua orang dalam waktu cepat apalagi serempak.
C.
Teori
Model Agenda setting
Model agenda setting mengasumsikan
adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan oleh media pada suatu
persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan itu. Teori
agenda setting, singkatnya merefleksikan pola interaksi sosial anatar media
massa dan masyarakat. Media memikirkan dan melaksanakan agenda – agenda penting
masyarakat. Sebaliknya masyarakat mengikuti dan merujuk kepada agenda serta
preferensi (pengutamaan) yang telah diseleksi dan diberi bobot nilai atau
peringkat oleh media.
D.
Teori
Model Kegunaan dan Kepuasan
Utility,
pada teori ini, media massa diasumsikan berguna bagi khalayak dan karena itu
media selayaknya diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya dengan
tetap memperhatikan semangat zaman.
V.
SOSIOLOGI
KOMUNIKASI DAN PESAN DALAM KOMUNIKASI MASSA
Komunikator komunikasi
massa versi Aristoteles
Aristoteles
menyebutakan ada tiga syarat penting yang harus
dipenuhi oleh komunikator dalam
memengaruhi khalayak yaitu ethos, pathos, logos.
Ethos : pada dimensi ethos, komunikator individual
dalam aktivitas social atau dalam komunikator
institusional dalam aktivitas komunikasi massa, selayaknya menguasai
dengan baik tiga aspek yaitu pengetahuan
luas, kepribadian terpecaya dan status terhormat.
Pathos
: pada dimensi ini, komunikator media massa melalui pesan-pesan yang diproduksi dan
disebarluaskannya, ditantang untuk senantiasa mampu menyentuh hati khlayak ( audience heat touch
).
Logos
: pada dimensi ini, komunikator media massa disyaratkan menguasai materi pesan dengan baik . materi
pesan harus berkualitas tinggi memiliki
nilai jual prima, syarat data dengan diperkuat
serta latar belakangdengan argument-argument yang kuat.
VI.
DAYA
TARIK KOMUNIKATOR DAN KEPERCAYAAN DALAM KOMUNIKATOR
Daya
tarik komunikator : komunikator
komunikasi massa , siapapun dia pertama-tama
dibentuk oleh ikatan dan norma-norma kelompok. Ikatan dan norma-norma
kelompok inilah yang akan mengantarkan dirinya untuk menyepakati apa yang ada
dalam sosiologi disebut sebagai kompromi
dan harmoni . dengan paparan itu kita ingin menegaskan , betapapun teori
komunikasi mengajarkan seorang
komunikator harus memiliki daya tarik
secara fisik dia tidak serta merta
melepaskan diri dari kaidah,
norma-norma, atau ikatan kelompok. Justru daya tarik itu selayaknya dibangun diatas landasan kaidah dan
norma-norma kelompok agar kelak tak melahirkan friksi dan konflik.
Kepercayaan
kepada komunikator : kepercayaan dalam komunikator di tentukan oleh keahlian dan dpat tidaknya ia dipercaya
. penelitian menunjukan bahwa
kepercayaan yang besar akan dapat
meningkatkan daya perubahan sikap, serta kepercyaaan yang kecil akan
mengurangi daya perubahan yang menyenangkan . kepercayaaan kepada
komunikator mencerminkan bahwa pesan
yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan yang
empiris.
VII.
SOSIOLOGI
PESAN DALAM KOMUNIKASI MASSA
Pesan
dirancang menarik : merancang pesan secara menarik , kata ahli ilmu jiwa HA overstreet dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pengorganisasian pesan, dan pengaturan pesan
Pesan
menggunakan symbol yang sama : secara sosiologis, kegagalan komunikasi kerap
terjadi akibat kurangnya peggunaaan symbol yang sama oleh komunikator dan
komunikasi. Bisa juga terjadi komunikator terlalu memaksakan diri dengan
symbol-simbol dengan yang dikuasainya
tetapi tidak memperhatikan kesenjangan social diantara mereka.
Pesan
membangkitkan kebutuhan khlayak : timbul pertanyaan kritis , pesan yang mampu
membangkitkan kebutuhan khalayak mana
yang mesti di perjuangkan idealnya tentu
khalayak yang menjadi mayoritas, khalayak paling banyak menurut
perhitungan popilasi penduduk.
VIII.
SOSIOLOGI
KHALAYAK DALAM KOMUNIKASI MASSA
Richard
T.La Piere dalam teori of social control , berpendapat bahwa dalam lingkungan
inti seperti rumah, keluarga, gereja dan jaringan persahabatan lebih
memengaruhi nilai-nilai dan sikap-sikap
dan prilaku individu daripada media massa. Orang-orang berpaling ke
media untuk memperoleh apa yang mereka
cari bukan dalam kerangka menyediakan diri untuk dipengaruhi .khalayak berbagai
media, mulai dari surat kabar sampai film
memiliki cirri-ciri spesifik, meskipun dalam sejumlah hal juga
menunjukan kesamaan tertentu. Pemirsa
televise misalnya , biasanya jarang menggemari buku. Sedangkan pembaca setia
surat kabar biasanya bukan merupakan penggemar film. Bahkan dalam satu jenis
media, ketertarikan khalayak berbeda-beda, bergantung pada profesi , minat, dan
selera mereka.
om identitas bukunya om
BalasHapus