Peristiwa ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu
oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan
terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Dan penurunan jabatan Presiden
Soeharto.Peristiwa Mei 1998 yang merupakan suatu gerakan reformasi di Indonesia
ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, baik politik, sosial, dan ekonomi.
Dari faktor politik, dipicu oleh pengangkatan kembali Soeharto menjadi Presiden
RI setelah hasil pemilu 1997 menunjukkan bahwa Golkar sebagai pemenang mutlak.
Hal ini berarti dukungan mutlak kepada Soeharto makin besar untuk menjadi
presiden lagi di Indonesia dalam sidang MPR 1998. Terpilihnya kembali Soeharto
menjadi Presiden RI kemudian Ia membentuk Kabinet Pembangunan VII yang penuh
dengan ciri nepotisme dan kolusi.
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi ini diawali
dengan adanya sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie
sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 19982003. Presiden
Suharto kemudian membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII. Kabinet yang
sarat akan kolusi dan nepotisme ini kemudian membuat mahasiswa bergerak.
Ditambah dengan terjadinya krisis moneter, maka pada bulan Mei 1998, para
mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar demonstrasi dan aksi
keprihatinan yang menuntut penurunan harga barangbarang kebutuhan (sembako),
penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi kepresidenan.
Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas
Trisakti Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang
menyebabkan empat orang mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin
A. Royan, dan Hendriawan Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa
lainnya mengalami lukaluka. Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan
semangat para mahasiswa dan kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara
besarbesaran.
Hal ini berlanjut pada tanggal 13 dan 14 Mei 1998, di
Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan penjarahan sehingga
kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu, puluhan toko
dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar. Pada tanggal 19
Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan
sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan
kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin
Presiden Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam
melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru
bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan
Orde Baru banyak melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat
kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan
kekuasaan. Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan krisis multidimensional
yang menjadi penyebab umum lahirnya gerakan reformasi, seperti berikut ini
:
- Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak
dari berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan
politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam
kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah
dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya.
Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi
yang semestinya,
- Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak
terbatas pada bidang politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan
intervensi. Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani
kepentingan para penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh
keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa.
Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yanf menyatakan
bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan
pemerintah (eksekutif).
- Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara
sejak Juli 1996 mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata,
ekonomi Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.
Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat. Pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah
dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: hutang
luar negeri Indonesia yang sangat
- Krisis Sosial
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab
terjadinya krisis sosial. Pelaksanaan politik yang represif dan tidak
demokratis menyebabkan terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis
dan agama. Semua itu berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa
daerah.
- Krisis Kepercayaan
Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto.
Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis,
menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan
ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan.
Melihat aksiaksi tersebut, akhirnya pada tanggal 19 Mei
1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan pernyataan berisi ‘anjuran
agar Presiden Suharto mengundurkan diri’. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden
Suharto mengundang tokohtokoh agama dan tokohtokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan
dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden
Suharto.
Dan puncaknya, pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di
Istana Negara, Presiden Suharto meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di
hadapan Ketua dan beberapa anggota Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD
1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden B.J.
Habibie sebagai Presiden RI. Pada waktu itu juga B.J. Habibie dilantik menjadi
Presiden RI oleh Ketua MA.
Dampak yang ditimbulkan dari peristiwa ini tentu saja adalah
turunnya Soeharto dari kursi Presiden. Selain berdampak pada turunnya Soeharto
dari kursi Kepresidenan, peristiwa Mei 1998 ini juga berdampak pada:
- Banyak yang hilang pekerjaan akibat tempattepat bekerja dirusak ataupun di bakar
- Kerugian materil yang tidak dapat dihitung lagi.
- Banyak korban yang menderita fisik dan psikis, apalagi korban dari tindak kekerasan seksual.
Permasalahan ekonomi yang berkepanjangan sejak Tahun 1997,
membuat Indonesia mengalami krisis. Terjadi PHK di manamana, banyaknya
pengangguran dan harga BBM dinaikkan membuat keadaan semakin memburuk. Aksiaksi
mahasiswa yang telah bergulir sejak awal 1998 semakin marak dan menular ke
banyak kampus di seluruh Indonesia. Aksi mahasiswa yang terjadi sepanjang Mei 1998
menemukan momentumnya pada tanggal 12 Mei 1998 di kampus Universitas Trisakti
di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta. Peristiwa ini telah merenggut nyawa empat
orang mahasiswa Trisakti akibat tembakan peluru tajam oleh aparat kepolisian.
Kerusuhan Mei 1998 terjadi pada tanggal 13 sampai 15.
Ketiadaannya aparat membuat kerusuhan Mei 1998 ini mencapai klimaksnya pada 14
Mei 1998. Perspektif Politik terjadinya Kerusuhan Mei 1998 tidak lepas dari
aspek politik yang terjadi saat itu. Isu rivalitas antara Wiranto dan Prabowo
menjadi pembicaraan kalangan elite khususnya elite tentara sejak awal 1998.
Sebagian pegamat menganalisa bahwa “konflik” yang terjadi antara Wiranto dan
Prabowo sengaja diciptakan Soeharto agar terjadi keseimbangan sehingga tidak
ada yang terlalu dominan.
Kasus yang memukul Prabowo menjelang Mei 1998 adalah
penculikan aktivis mahasiswa. Kasus penculikan tidak dapat dipisahkan dari
situasi keamanan, khususnya di ibukota, pada akhir 1997 dan Januari 1998.
Dengan munculnya kasus penculikan, posisi Wiranto menjadi di atas angin. Ia
berhasil menampilkan diri sebagai figure demokrat dan seolaholah berpegang
pada hukum. Prabowo mengakui adanya sembilan orang yang ditangkap anggota Tim
Mawar. Semuanya telah dilepaskan dengan selamat dan mereka yang masih hilang
bukanlah tanggung jawabnya. Artinya, memang ada pihakpihak lain di luar
Prabowo yang ikut menangkap para aktivis. Rivalitas antara Prabowo dan Wiranto
jelas mewarnai politik internal di ABRI menjelang Insiden Trisakti dan huruhara
Mei 1998.
Saat terjadinya kerusuhan pun Pangab Wiranto pergi ke Malang
pada 14 Mei 1998 dengan membawa banyak jenderal sedangkan saat itu situasi di
Jakarta sedang darurat dan tidak ada pengamanan satupun dari Brimob, pasukan
Brimob ditarik dan Kostrad yang diturunkan ke lapangan untuk pengamanan. Karena
saat itu komando masalah keamanan adalah Mabes ABRI yang membawahi POLRI dan
TNI.
Disengaja atau tidak tetapi itu yang terjadi pada saat huruhara
berlangsung. Hubungan Militer dan Sipil saat itu berlangsung baik. Tetapi pada
saat itu sipil yang dianggap pro demokrasi dan menginginkan perubahan membuat
para petinggi menganggap orang sipil menentang penguas rezim ORBA. Masa
pemerintahan ORBA juga dikenal sebagai pemerintahan yang militeristik. Dimana dalam
setiap mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat, pemerintahan selalu
menggunakan militer untuk mengatasi masalah yang sering kali menggunakan cara
yang bersifat represif. Pelanggaran HAM dapat dilakukan terangterangan
dimanapun oleh alat negara tanpa adanya proses hukum.
Awal 1998 saat pemerintahan Orba berlangsung terjadi krisis.
Krisis yang tidak mampu diatasi oleh pemerintah saat itu membuat rakyat
melakukan tindakan kejahatan di manamana. Aksi masyarakat yang dipelopori oleh
mahasiswa mulai terjadi dimanamana. Aksi dilakukan untuk menuntut mundur
Soeharto karena dinilai telah gagal dalam mengatasi masalah krisis Indonesia.
Soeharto memerintahkan militer untuk menghalang aksi demonstrasi yang dilakukan
oleh masyarakat. Bahkan militer tidak segansegan melakukan tindakan represif
yang berujung pada kematian di kalangan demonstran. Situasi ini membuat
Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden saat itu.
DAMPAK
PERISTIWA MEI 1998
- Dampak Negatif
- Agenda reformasi telah ditetapkan melalui berbagai ketetapan MPR dan berbagai produk perundang-udangan yang baru, tetapi setelah berlangsung lebih dari 12 tahun lamanya, terasa bahwa reformasi berjalan secara belum terarah.
- Bila dinilai kembali kepada kondisi sebelum reformasi maka tampak bahwa kekuasaan yang pada wkatu dulu bersifat otoriter, sekarang harus bersifat demoratis, pemerintahan yang terpusat harus menjadi desentralisasi. Pemerintahan yang bersifat tertutup dan penuh larangan serta pengawasan seharusnya lebih terbuka, transparan, serta kebebasan.
- Rasionalitas dan objektivitas telah tersisihkan sehingga muncul egoism, perseorangan maupun kelompok tanpa mengidahan etika, moral, norma, dan hukum yang ada. Politik kekerasanbanyak bermunculan dan berkembang mewarnai kehidupan baru dalam masyarakat sehingga sulit mengatasi maupun kehidupan bermasyarakat bangsa dan bernegara. Oleh karena itu, hal-hal seperti ini harus segera diatasi dan dihapuskan.
- Dampak Positif
- Dampak positif reformasi dapat kita rasakan dan kita saksikan melalui berita-berita media massa, serta surat kabar dan internet maupun pendapat-pendapat pengamat bidangnya. Munculnya suasana baru yang bisa kita saksikan diantaranya terdapatnya kebebasan pers, kebebasan akademis, kebabasan berorganisasi dan lain-lain yang selama ini belum pernah ada, termasuk kebebasan pemikiran dalam memperjuangkan pembebasan tahanan politik maupun narapidana politik, hal ini bisa dinilai sebagai lambang dari suatu kebebasan berpolitik di Indonesia.
- Timbulnya kesadaran baru masyarakat bisa bertindak dan berbuat sesuatu serta melakukan perubahan-perubahan diantaranya pendobrakan atas rasa ketakutan berpolitik, terhadap proses pembodohan yang telah berlangsung hampir lebih dari tiga puluh tahun.
- Memang, sebelum gerakan reformasi dimulai maka semua orang merasakan kelemahan tidak bisa berbuat apa pun tanpa daya dan takut berpolitik, berpendapat, dan berbicara. Namum, dengan pengalaman baru bereformasi, masyarakat Indonesia, khususnya para mahasiswa, mulai sadar dan memiliki serta dapat memperjuangkan politik mereka yang benar-benar dapat membawa ke arah perubahan yang positif, kesadaran baru ini penting sekali artinya dalam rangka perjuangan selanjutnya menuju reformasi yang total dan menyeluruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar